Selasa, 24 April 2018

Beli Flashdisk?

Mau Beli Flashdisk? Perhatikan Ini Dulu...


Gambar Macam-macam Flashdisk

Dahulu untuk menaruh data komputer kita menyimpannya di disket dengan muatan yang terbatas. Namun seiring perkembangan, diciptakanlah USB Flashdisk untuk penyimpanan data yang lebih besar. Dari waktu ke waktu, sudah semakin banyak bermunculan bermacam-macam USB Flashdisk. Bagi para pengguna USB Flashdisk yang ingin membeli seringkali dihadapkan dengan pilihan yang beragam mulai dari kapasitas, bentuk, harga dan kemampuan yang bervariasi.

Dengan pilihan yang semakin banyak kitapun adakalanya bingung untuk menentukan pilihan yang tepat. Untuk itu ada baiknya memerhatikan beberapa hal berikut ini sebelum membeli perangkat mungil ini:

1. Program Keamanan Data
Pada umumnya Flashdisk memiliki fitur menyimpan dan menampilkan data saja. Untuk Flashdisk yang memiliki fitur dasar seperti ini, para penggunanya harus melakukan modifikasi dengan menambahkan beberapa software agar Flashdisk memiliki fitur tambahan.
Contoh penambahan software keamanan adalah dengan menambahkan fitur pengaman data pada Flashdisk. Jika Anda tidak ingin repot soal keamanan data di dalam Flashdisk, Anda bisa memilih Flashdisk yang sudah dilengkapi dengan fitur keamanan. Bahkan, saat ini telah tersedia Flashdisk dengan sistem fingerprint yang mampu memberikan keamanan tingkat tinggi terhadap data yang tersimpan. Untuk mengakses data di dalam Flashdisk dengan sistem fingerprint ini diperlukan sidik jari. Sensor yang unik membuat hanya satu orang saja yang dapat mengakses sistem keamanan ini. 

2. Casing

Casing menjadi salah satu elemen yang harus diperhatikan dalam memilih flashdisk. Bukan hanya warna dan bentuk yang menarik, tetapi harus memperhatikan kekuatan casing. Casing flashdisk yang bagus adalah casing yang akan kuat melekat melindungi bagian dalam flashdisk. Casing flashdisk harus benar-benar kuat terutama karena dalam penggunaannya akan berulangkali harus ditancapkan dan dicabut.

Selain kekuatan casing, ukuran casing juga harus diperhatikan. Jangan sampai ukuran casing yang terlampau besar jadi menghalangi port USB yang bersebelahan sehingga tidak bisa digunakan. Flashdisk yang ramping lebih mudah dibawa dan mudah pula ditancapkan pada port USB yang berdampingan.

Masih berkaitan dengan casing, bagian penting pada casing yang perlu diperhatikan adalah penutup Flashdisk. Sebaiknya pilihlah tutup yang menyambung pada badan flashdisk.

Sebab bagian tutup mudah longgar karena sering dibuka dan ditutup sehingga sering terjadi, tutup flashdisk akan hilang karena sudah lama dipakai. Bila tutup hilang, maka flashdisk rentan mengalami kerusakan karena benda-benda asing yang masuk ke mulut flashdisk. 

3. Memori Penyimpanan

Kini kapasitas flashdisk semakin beragam tersedia di pasaran. Kapasitas yang terlampau kecil semakin sulit ditemukan, sedangkan kapasitas yang semakin besar terus bermunculan. Selain itu, harga flashdisk pun semakin terjangkau. Nah, kapasitas flashdisk yang dipilih tergantung pada tujuan penggunaannya dan juga kemampuan daya beli.

Sebagai gambaran, untuk keperluan transfer dokumen dibutuhkan kapasitas 1-2 GB, untuk keperluan transfer foto dan musik diperlukan kapasitas 2-6 GB, untuk transfer file film dibutuhkan 4-12 GB, lalu untuk menjalankan program-program portabel diperlukan kapasitas 1-2 TB, untuk menjaga keamanan USB flash drive diperlukan ruang sebesar 1-2 GB 

4. Kecepatan Transfer Data

Kecepatan transfer data adalah kecepatan yang dimiliki flashdisk untuk membaca data dan menyimpan data. Kecepatan membaca data biasanya lebih tinggi daripada kecepatan menyimpan. Kecepatan membaca tertinggi pada flashdisk mencapai 34 Mbyte/s (272 Mbit/s), sedangkan untuk kecepatan penyimpanan maksimal mencapai 28 Mbyte/s (224 Mbit/s). Sementara itu kecepatan transfer data dari USB 2.0 berkisar antara 14 Mb/s hingga 24 Mb/s. Tetapi kecepatan tersebut nantinya akan menurun jika menggunakan kabel USB atau USB hub. 

5. USB Flashdisk Khusus untuk Travelling

Bagi Anda yang memiliki keharusan untuk melakukan traveling dengan membawa data penting dan menghadapi banyak resiko dalam perjalanan, maka sebaiknya pilihlah flashdisk yang secara khusus dirancang untuk keadaan seperti ini. Flashdisk jenis ini memiliki desain yang kuat dan kokoh. Desain ini dibuat untuk menghadapi kondisi ekstrim seperti temperatur panas yang tinggi, gesekan yang berlebihan atau tingkat kelembaban yang tinggi. Jenis ini dibuat dengan casing dari karet atau metal serta memiliki ketahanan terhadap air.

Dengan melakukan pemilihan yang baik, kita akan memiliki flashdisk yang tahan lama untuk penggunaannya serta memiliki umur yang panjang. 
(Dikutip dari http://www.kesekolah.com/tutorial/komputer/mau-beli-flashdisk-perha-tikan-ini-dulu.html#sthash.wGR1EIRL.Rje4N18r.dpbs)

Kamis, 19 April 2018

Tokoh Ilmuwan Muslim

TOKOH-TOKOH ILMUWAN MUSLIM
PADA MASA BANI ABBASIYYAH




Dokumen photo tokoh-tokoh ilmuwan Muslim pada masa Bani Abbasiyah:

1. Al Kindi
Abu Yūsuf Yaʻqūb ibn ʼIsḥāq aṣ-Ṣabbāḥ al-Kindī (Arab: أبو يوسف يعقوب بن إسحاق الصبّاح الكندي, Latin: Alkindus) (lahir: 801 - wafat: 873), dikenal sebagai filsuf pertama yang lahir dari kalangan Islam. Semasa hidupnya, selain bisa berbahasa Arab, ia mahir berbahasa Yunani. Banyak karya-karya para filsuf Yunani diterjemahkannya dalam bahasa Arab; antara lain karya Aristoteles dan Plotinos. Sayangnya ada sebuah karya Plotinus yang diterjemahkannya sebagai karangan Aristoteles yang berjudul Teologi menurut Aristoteles, yang di kemudian hari menimbulkan sedikit kebingungan.

Ia adalah filsuf berbangsa Arab dan dipandang sebagai filsuf Muslim pertama. Secara etnis, al-Kindi lahir dari keluarga berdarah Arab yang berasal dari suku Kindah, salah satu suku besar daerah Jazirah Arab Selatan. Salah satu kelebihan al-Kindi adalah menghadirkan filsafat Yunani kepada kaum Muslimin setelah terlebih dahulu mengislamkan pikiran-pikiran asing tersebut.

Al Kindi telah menulis banyak karya dalam pelbagai disiplin ilmu, dari metafisika, etika, logika dan psikologi, hingga ilmu pengobatan, farmakologi, matematika, astrologi dan optik, juga meliputi topik praktis seperti parfum, pedang, zoologi, kaca, meteorologi dan gempa bumi.

Di antaranya ia sangat menghargai matematika. Hal ini disebabkan karena matematika, bagi al-Kindi, adalah mukaddimah bagi siapa saja yang ingin mempelajari filsafat. Mukaddimah ini begitu penting sehingga tidak mungkin bagi seseorang untuk mencapai keahlian dalam filsafat tanpa terlebih dulu menguasai matematika. Matematika di sini meliputi ilmu tentang bilangan, harmoni, geometri dan astronomi.

Yang paling utama dari seluruh cakupan matematika di sini adalah ilmu bilangan atau aritmetika karena jika bilangan tidak ada, maka tidak akan ada sesuatu apapun.

Al-Kindi membagi daya jiwa menjadi tiga: daya bernafsu (appetitive), daya pemarah (irascible), dan daya berpikir (cognitive atau rational). Sebagaimana Plato, ia membandingkan ketiga kekuatan jiwa ini dengan mengibaratkan daya berpikir sebagai sais kereta dan dua kekuatan lainnya (pemarah dan nafsu) sebagai dua ekor kuda yang menarik kereta tersebut. Jika akal budi dapat berkembang dengan baik, maka dua daya jiwa lainnya dapat dikendalikan dengan baik pula. Orang yang hidupnya dikendalikan oleh dorongan-dorongan nafsu birahi dan amarah diibaratkan al-Kindi seperti anjing dan babi, sedang bagi mereka yang menjadikan akal budi sebagai tuannya, mereka diibaratkan sebagai raja.

Menurut al-Kindi, fungsi filsafat sesungguhnya bukan untuk menggugat kebenaran wahyu atau untuk menuntut keunggulan yang lancang atau menuntut persamaan dengan wahyu. Filsafat haruslah sama sekali tidak mengajukan tuntutan sebagai jalan tertinggi menuju kebenaran dan mau merendahkan dirinya sebagai penunjang bagi wahyu.

Ia mendefinisikan filsafat sebagai pengetahuan tentang segala sesuatu sejauh jangkauan pengetahuan manusia. Karena itu, al-Kindi dengan tegas mengatakan bahwa filsafat memiliki keterbatasan dan bahwa ia tidak dapat mengatasi problem semisal mukjizat, surga, neraka, dan kehidupan akhirat. Dalam semangat ini pula, al-Kindi mempertahankan penciptaan dunia ex nihilio, kebangkitan jasmani, mukjizat, keabsahan wahyu, dan kelahiran dan kehancuran dunia oleh Tuhan.

Al-Kindi mengumpulkan berbagai karya filsafat secara ensiklopedis, yang kemudian diselesaikan oleh Ibnu Sina (Avicenna) seabad kemudian. Ia juga tokoh pertama yang berhadapan dengan berbagai aksi kejam dan penyiksaan yang dilancarkan oleh para bangsawan religius-ortodoks terhadap berbagai pemikiran yang dianggap bid'ah, dan dalam keadaan yang sedemikian tragis (terhadap para pemikir besar Islam), al Kindi dapat membebaskan diri dari upaya kejam para bangsawan religius-ortodoks itu.
) Sekilas sejarah pemikiran filsuf di atas dinukil dari Wikipedia Ensiklopedia Bebas (Bahasa 'Inggris) dan bukunya Zainul Hamdi, "Tujuh Filsuf Pembuka Pintu Gerbang Filsafat Modern", LKiS, Jogja) 

Gb. Al-Kindi

2. Al Farabi
Abū Nasir Muhammad bin al-Farakh al-Fārābi' (870-950, Bangsa Turk: Farabi, Bahasa Persia: محمد فارابی) singkat Al-Farabi adalah ilmuwan dan filsuf Islam berasal dari Farab, Kazakhstan. Ia juga dikenal dengan nama Abū Nasir al-Fārābi (dalam beberapa sumber ia dikenal sebagai Abu Nasr Muhammad Ibn Muhammad Ibn Tarkhan Ibn Uzalah Al- Farabi, juga dikenal di dunia barat sebagai Alpharabius, Al-Farabi, Farabi, dan Abunasir. 

Gb. Al-Farabi

Kehidupan dan Pembelajaran:
Al-Farabi berpakaian rapi sejak kecil. Ayahnya seorang opsir tentara Turki keturunan Persia, sedangkan ibunya berdarah Turki asli. Sejak dini ia digambarkan memiliki kecerdasan istimewa dan bakat besar untuk menguasai hampir setiap subyek yang dipelajari.[4] Pada masa awal pendidikannya ini, al-Farabi belajar al-Qur’an, tata bahasa, kesusasteraan, ilmu-ilmu agama (fiqh, tafsir dan ilmu hadits) dan aritmetika dasar.[4]

Al-Farabi muda belajar ilmu-ilmu islam dan musik di Bukhara, dan tinggal di Kazakhstan sampai umur 50. Ia pergi ke Baghdad untuk menuntut ilmu di sana selama 20 tahun.[4]

Setelah kurang lebih 10 tahun tinggal di Baghdad, yaitu kira-kira pada tahun 920 M, al Farabi kemudian mengembara di kota Harran yang terletak di utara Syria, di mana saat itu Harran merupakan pusat kebudayaan Yunani di Asia kecil.[4] Ia kemudian belajar filsafat dari Filsuf Kristen terkenal yang bernama Yuhana bin Jilad.[4].

Tahun 940M, al Farabi melajutkan pengembaraannya ke Damaskus dan bertemu dengan Sayf al Dawla al Hamdanid, Kepala daerah (distrik) Aleppo, yang dikenal sebagai simpatisan para Imam Syi’ah.[5] Kemudian al-Farabi wafat di kota Damaskus pada usia 80 tahun (Rajab 339 H/ Desember 950 M) pada masa pemerintahan Khalifah Al Muthi’ (masih dinasti Abbasiyyah).[5]

Al-Farabi adalah seorang komentator filsafat Yunani yang ulung di dunia Islam.[1] Meskipun kemungkinan besar ia tidak bisa berbahasa Yunani, ia mengenal para filsuf Yunani; Plato, Aristoteles dan Plotinus dengan baik.[5] Kontribusinya terletak di berbagai bidang seperti matematika, filosofi, pengobatan, bahkan musik.[5] Al-Farabi telah menulis berbagai buku tentang sosiologi dan sebuah buku penting dalam bidang musik, Kitab al-Musiqa.[5] Selain itu, ia juga dapat memainkan dan telah menciptakan bebagai alat musik.[5]

Al-Farabi dikenal dengan sebutan "guru kedua" setelah Aristoteles, karena kemampuannya dalam memahami Aristoteles yang dikenal sebagai guru pertama dalam ilmu filsafat.[5]

Dia adalah filsuf Islam pertama yang berupaya menghadapkan, mempertalikan dan sejauh mungkin menyelaraskan filsafat politik Yunani klasik dengan Islam serta berupaya membuatnya bisa dimengerti di dalam konteks agama-agama wahyu.[5]

Al-Farabi hidup pada daerah otonomi di bawah pemerintahan Sayf al Dawla [5] dan di zaman pemerintahan dinasti Abbasiyyah, yang berbentuk Monarki yang dipimpin oleh seorang Khalifah.[5] Ia lahir dimasa kepemimpinan Khalifah Mu’tamid (869-892 M) dan meninggal pada masa pemerintahan Khalifah Al-Muthi’ (946-974 M) di mana periode tersebut dianggap sebagai periode yang paling kacau karena ketiadaan kestabilan politik.[1]

Dalam kondisi demikian, al-Farabi berkenalan dengan pemikiran-pemikiran dari para ahli Filsafat Yunani seperti Plato dan Aristoteles dan mencoba mengkombinasikan ide atau pemikiran-pemikiran Yunani Kuno dengan pemikiran Islam untuk menciptakan sebuah negara pemerintahan yang ideal (Negara Utama).[4]

3. Ibnu Sina

Ibnu Sina (980-1037) dikenal juga sebagai "Avicenna" di Dunia Barat adalah seorang filsuf, ilmuwan dan dokter kelahiran Persia(sekarang Iran). Ia juga seorang penulis yang produktif yang sebagian besar karyanya adalah tentang filosofi dan pengobatan. Bagi banyak orang, dia adalah "Bapak Pengobatan Modern". Karyanya yang sangat terkenal adalah al-Qānūn fī aṭ-Ṭibb yang merupakan Referensi di bidang kedokteran selama berabad-abad.

Ibnu Sina bernama lengkap Abū ‘Alī al-Husayn bin ‘Abdullāh bin Sīnā (Persia ابوعلى سينا Abu Ali Sina, arab : أبو علي الحسين بن عبد الله بن سينا). Ibnu Sina lahir pada 980 di Afsyahnah daerah dekat Bukhara, sekarang wilayah Uzbekistan dan meninggal bulan Juni 1037 di Hamadan, Persia (Iran).

Dia adalah pengarang dari 450 buku pada beberapa pokok bahasan besar. Banyak di antaranya memusatkan pada filosofi dan kedokteran. " George Sarton menyebut Ibnu Sina "ilmuwan paling terkenal dari Islam dan salah satu yang paling terkenal pada semua bidang, tempat dan waktu". Karyanya yang paling terkenal adalah The Book of Healing dan The Canon of Medicine (Al-Qanun fi At Tibb).
Gb. Ibnu Sina

4. Al Ghazali

Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali ath-Thusi asy-Syafi'i (lahir di Thus; 1058 / 450 H – meninggal di Thus; 1111 / 14 Jumadil Akhir 505 H; umur 52–53 tahun) adalah seorang filosof dan teolog muslim Persia, yang dikenal sebagai Algazel di dunia Barat abad Pertengahan.[1][2][3]

Ia berkuniah Abu Hamid karena salah seorang anaknya bernama Hamid.[butuh rujukan] Gelar dia al-Ghazali ath-Thusi berkaitan dengan ayahnya yang bekerja sebagai pemintal bulu kambing dan tempat kelahirannya yaitu Ghazalah di Bandar Thus, Khurasan, Persia (Iran). Sedangkan gelar asy-Syafi'i menunjukkan bahwa dia bermazhab Syafi'i. Ia berasal dari keluarga yang miskin. Ayahnya mempunyai cita-cita yang tinggi yaitu ingin anaknya menjadi orang alim dan saleh. Imam Al-Ghazali adalah seorang ulama, ahli pikir, ahli filsafat Islam yang terkemuka yang banyak memberi sumbangan bagi perkembangan kemajuan manusia. Ia pernah memegang jawatan sebagai Naib Kanselor di Madrasah Nizhamiyah, pusat pengajian tinggi di Baghdad. Imam Al-Ghazali meninggal dunia pada 14 Jumadil Akhir tahun 505 Hijriah bersamaan dengan tahun 1111 Masehi di Thus. Jenazahnya dikebumikan di tempat kelahirannya.

Pendidikan

Pada tingkat dasar, dia mendapat pendidikan secara gratis dari beberapa orang guru karena kemiskinan keluarganya. Pendidikan yang diperoleh pada peringkat ini membolehkan dia menguasai Bahasa Arab dan Parsi dengan fasih. Oleh sebab minatnya yang mendalam terhadap ilmu, dia mula mempelajari ilmu ushuluddin, ilmu mantiq, usul fiqih,filsafat, dan mempelajari segala pendapat keeempat mazhab hingga mahir dalam bidang yang dibahas oleh mazhab-mazhab tersebut. Selepas itu, dia melanjutkan pelajarannya dengan Ahmad ar-Razkani dalam bidang ilmu fiqih, Abu Nasr al-Ismail di Jarajan, dan Imam Harmaim di Naisabur. Oleh sebab Imam al-Ghazali memiliki ketinggian ilmu, dia telah dilantik menjadi mahaguru di Madrasah Nizhamiyah (sebuah universitas yang didirikan oleh perdana menteri) di Baghdad pada tahun 484 Hijrah. Kemudian dia dilantik pula sebagai Naib Kanselor di sana. Ia telah mengembara ke beberapa tempat seperti Mekkah,Madinah,Mesir dan Jerusalem untuk berjumpa dengan ulama-ulama di sana untuk mendalami ilmu pengetahuannya yang ada. Dalam pengembaraan, dia menulis kitab Ihya Ulumuddin yang memberi sumbangan besar kepada masyarakat dan pemikiran manusia dalam semua masalah. 

5. ....
Lifelong Education (Belajar Sepanjang Hayat). Dengan ilmu, semua menjadi mudah. Dengan seni, semua menjadi indah. Dengan agama, semua menjadi terarah. Kebersihan adalah Pangkal Kesehatan.