Rabu, 03 Januari 2018

Pengawas yang Diawasi

PERILAKU PENGAWAS UJIAN
KETIKA SEDANG MELAKSANAKAN TUGAS


Pendahuluan
Tugas mengawasi ujian bagi seorang guru adalah merupakan aktifitas rutin. Serutin pelaksanaan evaluasi pendidikan yang dilakukan secara formal pada lembaga-lembaga pendidikan. Mulai dari Ulangan Tengah Semester (UTS), Ulangan Akhir Semester (UAS), Ulangan Kenaikan Kelas (UKK), Try Out UN, UN, dan Ujian Sekolah.
Pekerjaan mengawasi ujian adalah pekerjaan yang menjenuhkan di satu sisi, namun di sisi lain merupakan keberuntungan karena di beberapa tempat tugas mengawasi ujian itu mendapat honor. Karena sedang mengalami kejenuhan mengawasi peserta ujian, maka dengan tanpa disadari para pengawas bahkan perilakunya menjadi objek yang diawasi oleh para peserta ujian.
Apa komentar para peserta ujian mengamati perilaku seorang pengawas? Berikut ini penulis paparkan beberapa komentar peserta ujian:
1.      Pengawasnya mengantuk
2.      Pengawasnya mainan Hand Phone
3.      Pengawasnya FB-an
4.      Pengawasnya asyik baca koran atau majalah
5.      Pengawasnya sibuk mengoreksi tugas

Problematika
Dari paparan beberapa komentar di atas memunculkan permasalahan:
1.      Apa tujuan dan fungsi kepengawasan dalam pelaksanaan evaluasi belajar?
2.   Apa sebenarnya tugas pengawas ujian dalam pelaksanaan ujian / ulangan?

Solusi
1.  Pengawas diganti dengan alat/mesin pemantau jarak jauh, semisal CCTV.
2.  Sistem tes/ujian berbasis komputer, korektor adalah alat/scaner atau aplikasi komputer.

Sumber:
Menggagas sistem penilaian yang efektif dan efisien 

Selasa, 02 Januari 2018

Pembekalan Life Skill Siswa




Mari menyimak, kisah pembinaan ekskul Jurnalistik di SMPN 1 Mejayan!

Ada beberapa pendapat bahwa menjadi pembina ektrakurikuler (Ekskul) Jurnalistik sangatlah berat dan membutuhkan kerja keras. Bagaimana tidak? Guru pembina Ekskul Jurnalistik harus paham betul dengan dunia ”pers” misalnya rapat redaksi, penentuan tema, liputan, wawancara kemudian lanjut ke huting, headline, editing sampai ke proses layouting sebelum diterbitkan. Padahal materi ekskul jurnalistik tidak seserius seperti itu bahkan bisa disederhanakan sesuai kemampuan siswa setarap SMP, tergantung bagaimana tehnik guru pembina menyiasatinya.

Sebenarnya untuk mengawali ekskul jurnalistik sangatlah mudah, asal guru pembina jangan terjebak oleh teori yang muluk-muluk tentang jurnalistik, siswa bisa lari meninggalkan. Seperti kegiatan ekskul Jurnalistik di SMP Negeri 1 Mejayan, proses awal pembinaan siswa diberi pelatihan sederhana namun tidak membosankan, antara lain siswa diajak menulis pengalaman yang mengesankan atau yang unik dalam bentuk bebas (puisi, prosa, artikel atau teks humor), selanjutnya hasil karya dibahas bersama-sama. Setelah melalui proses pengeditan karya-karya tersebut dipajang di majalah dinding (mading) atau majalah sekolah (masis). Siswa merasa bangga, karena hasil karyanya dihargai.

Pembinaan berikutnya mulai ditingkatkan dengan memberi tehnik-tehnik kepenulisan, peliputan dan wawancara. Setelah itu siswa diminta terjun langsung meliput berita, berwawancara langsung dengan narasumber. Obyeknya bisa lingkungan sekolah, antara lain Kantin Kejujuran, Duta Lingkungan, Ekskul PMR, Pramuka, Teater atau pemilihan ketua OSIS secara deskripsi. Bisa pula mewawancari siswa berprestasi, Gupres, ketua OSIS atau para pembina ekskul. Lebih afdhol lagi peliputan dilengkapi dengan foto-foto. Pasti siswa makin antusias dengan ekskul Jurnalistik.

Pada dasarnya ekskul Jurnalistik di sekolah terletak pada momen mendiskripsikan catatan harian, laporan kegiatan yang jadi ajang latihan menulis, membaca, merangkum dan mengevaluasi masalah serta mengasah ketrampilan berbicara pada siswa lewat wawancara. Lantas hasil karya-karya siswa tersebut ditampilkan di mading atau masis. Di SMP Negeri 1 Mejayan memiliki dua media untuk menampilkan karya-karya siswa, yaitu mading ”Brawijaya” dan masis ”Ekspresi.”

Yang perlu digarisbawahi, ekskul Jurnalistik di SMP Negeri 1 Mejayan menjadikan siswa mampu berinteraksi dengan banyak orang, kritis terhadap informasi yang diterima di lingkungan dan berani menganalisa informasi tersebut dalam bentuk tulisan. Maka jelas sudah bahwa ekskul Jurnalistik memberi bekal life skill pada siswa. Siswa menjadi percaya diri untuk menyalurkan minat dan bakatnya dalam bidang kebahasaan. Bukan hal baru bila peserta ekskul Jurnalistik SMP Negeri 1 Mejayan sering menjadi langganan pemenang lomba menulis puisi, cerpen, surat dan berpidato. Ada pula beberapa karya siswa di muat di media massa remaja Nasional.

Bahkan beberapa alumni peserta ekskul Jurnalistik di SMP Negeri 1 Mejayan ada yang menjadi cerpenis, novelis, motivator setarap Mario Teguh, bahkan ada yang menjadi reporter Surat Kabar ternama. Ekskul Jurnalistik mampu mengali Life Skill untuk bekal di masa depan.

Ekskul Jurnalistik memang keren!

Sumber:
http://dindik.madiunkab.go.id/index.php/en/2017-03-19-13-16-10/lemabaga-smp/659-ekskul-jurnalistik-menggali-life-skill-siswa

Save Our Students

JADIKAN GADGET PERBAIKAN PERILAKU SISWA



Inspirasi dari salah satu Pendidik/Guru SMPN 1 Mejayan “Sri Handajati,S.Pd.Ina” pembina ektrakurikuler (Ekskul) Jurnalistik telah meraih juara harapan 2 Lomba Nulis dan Cerita Cerpen dalam rangka HUT PGRI ke 72 Tahun 2017 di Wisma Guru Surabaya.

Lomba yang diikuti 57 peserta guru SD, SMP, SMA dan SMK se Jawa Timur dengan tema “ Jadikan Gadget Perbaikan Perilaku Siswa” yang dilaksanakan tanggal 12 September 2017.

“Sri Handajati,S.Pd.Ina” termasuk salah satu pengirim naskah pertama kali ketika awal dibentuknya Program “Cendekia Mejayan” oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Madiun “Sodik Hery Purnomo S.Si” dan terbit di Radar Madiun dengan judul “Gudangnya Wartawan Cilik” pada hari kedua tanggal 5 April 2017.

Salah satu kutipan isi naskah yang telah terbit di Radar Madiun , yakni “Ada beberapa pendapat bahwa menjadi pembina ektrakurikuler (Ekskul) Jurnalistik sangatlah berat dan membutuhkan kerja keras. Bagaimana tidak? Guru pembina Ekskul Jurnalistik harus paham betul dengan dunia ”pers” misalnya rapat redaksi, penentuan tema, liputan, wawancara kemudian lanjut ke huting, headline, editing sampai ke proses layouting sebelum diterbitkan. Padahal materi ekskul jurnalistik tidak seserius seperti itu bahkan bisa disederhanakan sesuai kemampuan siswa setarap SMP, tergantung bagaimana tehnik guru pembina menyiasatinya.

Kembali ke permasalahan utama judul Tema yang diangkat oleh Panitia PGRI Jawa Timur, yakni “Jadikan Gadget Perbaikan Perilaku Siswa” adalah merupakan pendapat yang mempunyai beberapa arah tujuan yang berbeda-beda, karena pengguna Gadget apabila tidak bisa memanfaatkan perkembangan kemajuan ilmu teknologi dengan positif, tentunya justru menjadikan malapetaka bagi penggunanya.

Sebenrnya orang tua dari peserta didik membelikan gadget adalah dengan tujuan agar tidak terlalu ketinggalan jauh dengan perkembangan ilmu teknologi yang sangat pesat, karena aplikasi yang terpasang sudah banyak ragamnya dan dapat dimafaatkan bebas oleh siapapun.

Yang menjadi catatan penting bagi pengguna Gadget adalah gunakan dengan sebaik-baiknya, karena di dunia maya banyak komunitas, forum, group yang membahas berbagai banyak permasalahan tentang perkembangan ilmu teknologi jenis apapun, akan tetapi sebaliknya hati-hati dengan kelompok yang abal-abal justru akan menyesatkan pengguna.

Sekali lagi adanya komunitas, forum, group di dunia maya harus benar-benar dipelajari dan decermati tentang legalitas dari anggota yang tergabung di dalamnya, dipantau dulu jangan gegabah untuk memutuskan sesuatu, apalagi berhubungan dengan sumbangan atau dana, jangan langsung mengasih, harus dipertimbangkan dengan masak-masak.

Selamat dan semoga selalu menjadi sang inspirator bagi siswa/siswi Kabupaten Madiun, khususnya SMPN 1 Mejayan, dan sesuai Slogan dari Program Cendekia Mejayan “maju terus, hebat semua”. 

Sumber:
http://dindik.madiunkab.go.id/index.php/en/2017-03-19-12-43-33/sekretariat/979-jadikan-gadget-perbaikan-perilaku-siswa#comments
Lifelong Education (Belajar Sepanjang Hayat). Dengan ilmu, semua menjadi mudah. Dengan seni, semua menjadi indah. Dengan agama, semua menjadi terarah. Kebersihan adalah Pangkal Kesehatan.